Peningkatan Nilai Ekspor Furnitur Jepara

Nilai ekspor furnitur Jepara pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 7,29 persen dari tahun sebelumnya. Namun, jumlah eksportir menurun hingga tiga persen. Hal ini di karenakan ekspor pasar furnitur seperti kamar set jati yang lebih lambat walaupun furnitur masih menjadi andalan produk ekspor Jepara.

Ekspor produk furnitur Jepara hingga akhir tahun lalu senilai USD 179 juta, meningkat dari tahun sebelumnya dimana nilai ekspornya mencapai USD 166,8 juta. Karena pasar ekspor semakin lambat, eksportir yang pada tahun 2017 mencapai 398 eksportir, turun menjadi 386 pada tahun 2018. Meski begitu, peningkatan nilai ekspor juga diikuti oleh peningkatan jumlah negara tujuan dalam mengekspor kamar set jati dan teman-temanya. Pada awalnya di tahun 2017 negara tujuan ekspor mencapai 111 negara. Pada 2018 naik menjadi 114 negara.

Sebenarnya, nilai ekspor telah meningkat, tetapi secara umum kondisi di lapangan mengalami perlambatan pengiriman kamar set jati dan set kursi kayu jati di pasar ekspor, sehingga jumlah eksportir menurun.

Akibatnya, wirausahawan semakin memperkuat pasar internal. Ini sejalan dengan melemahnya daya beli negara-negara pengimpor. Beberapa negara Eropa mengalami penurunan nilai ekspor. Hanya Amerika Serikat yang mengalami peningkatan nilai ekspor Furnitur Jepara. Jadi, kehidupan pengusaha furnitur Jepara tergantung pada kondisi ekonomi negara pengimpor.

Namun, dari beberapa produk ekspor Jepara, furnitur seperti set kursi jati dan kamar set jati tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor. Diikuti oleh produk pakaian dan alas kaki dengan nilai ekspor USD 150,3 juta. Maka nilai ekspor kayu olahan adalah USD 8,1 juta.

Dia mengatakan dia berusaha meningkatkan promosi melalui pameran furnitur internasional yang memamerkan banyak produk furnitur Jepara seperti kamar set jati. Kesedihan tersebut disampaikan oleh Presiden Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara, Maskur Zaenuri. Saat ini daya beli importir furnitur cenderung menurun. Bentangan bisnis ekspor sedikit melemah. Bahkan kenaikan nilai tukar dolar AS (USD) terhadap rupiah beberapa waktu lalu tidak memiliki dampak signifikan pada dunia furnitur dan ukiran di Jepara.

Menanggapi melemahnya daya beli, ia secara intensif memasuki pengusaha pameran furnitur internasional. Salah satunya menyambut implementasi Indonesia International Furniture Expo 2019, yang akan berlangsung dari 11 hingga 14 Maret 2019 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran Jakarta.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.